Kelangkaan beras premium di minimarket beberapa waktu lalu akhirnya mulai teratasi. Setelah sekitar sebulan masyarakat kesulitan menemukan beras premium di ritel modern, kini pasokan mulai kembali normal, meskipun masih terbatas. Kembalinya beras premium ke rak-rak minimarket disambut antusias oleh konsumen.
Di beberapa minimarket, seperti Indomaret dekat Universitas Pamulang, Tangerang Selatan, beras premium kemasan 5 kg sempat tersedia pada Jumat (22/8). Namun, stok tersebut langsung habis terjual pada Sabtu (23/8) siangnya. Peristiwa ini menunjukkan tingginya permintaan masyarakat terhadap beras premium kemasan yang lebih terjangkau.
Harga beras premium kemasan 5 kg di minimarket dipatok Rp 73.500, atau Rp 14.700 per kilogram. Harga ini relatif lebih murah dibandingkan dengan beras di toko eceran yang dijual per liter, dengan takaran 1 liter setara 0,72 kg beras. Selain itu, kualitas dan standar beras di pedagang eceran juga seringkali tidak terjamin.
Ketua Umum Aprindo, Solihin, menjelaskan bahwa produsen telah mulai mengirimkan beras produksi terbaru sejak bulan Agustus. Namun, beberapa ritel masih menjual stok lama yang belum sempat diretur. Produsen telah meminta pengembalian stok lama, namun proses penggantian dengan produk baru masih menunggu realisasi.
“Harapan kami, produksi baru benar-benar sesuai kualitas premium sehingga pasokan kembali stabil,” ujar Solihin pada Jumat (22/8) malam. Ia menekankan pentingnya menjaga kualitas beras premium karena produk ini menjadi andalan konsumen.
Untuk menjaga daya beli masyarakat, produsen bahkan menurunkan harga beras premium sebesar Rp 1.000 per kemasan 5 kg. Harga jual kini berada di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah, yakni Rp 74.500 per kemasan.
Penjualan beras premium sempat terpengaruh oleh keputusan peritel untuk menurunkan produk lama yang terindikasi oplosan. Peritel memilih menyimpan beras tersebut di gudang untuk menghindari risiko hukum terkait penjualan beras oplosan atau tidak sesuai standar.
Pemerintah juga terus berupaya menekan harga beras di tingkat konsumen melalui program operasi pangan murah. Program ini menggelontorkan beras murah atau beras stabilisasi pasokan dan harga pangan (SPHP) ke pasar.
Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, meninjau distribusi beras SPHP di Semarang pada 23 Agustus. Ia menyatakan, “Alhamdulillah kita melihat operasi pasar SPHP yang sekarang penyaluran hariannya sudah 6.000 ton. Kita target naik 7.000 ton kemudian 10.000 ton per hari.”
Amran menyebutkan operasi pangan murah telah berdampak positif pada penurunan harga beras di 13 provinsi, dan diperkirakan akan bertambah menjadi 15 provinsi. Program ini akan berlangsung hingga Desember 2025 dengan total penyaluran 1,3 juta ton beras di seluruh Indonesia.
Selain operasi pasar, peningkatan serapan gabah petani juga berperan dalam menurunkan harga beras. “Kami perhatikan serapan gabah meningkat dari 3.000 ton menjadi 6.000 ton per hari,” kata Amran.
Kenaikan serapan gabah berdampak pada harga padi, yang selanjutnya mempengaruhi harga beras di pasaran. Pemerintah memastikan harga gabah minimal sesuai Harga Pokok Pembelian (HPP) Rp 6.500 per kg untuk menjamin kesejahteraan petani.
Dengan berbagai upaya yang dilakukan pemerintah dan produsen, diharapkan kelangkaan beras premium dapat sepenuhnya teratasi dan harga beras tetap stabil di pasaran. Stabilitas harga ini akan sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Peran serta semua pihak, dari produsen hingga konsumen, sangat penting dalam menjaga kestabilan pasokan dan harga beras. Transparansi informasi dan pengawasan ketat terhadap praktik-praktik yang merugikan konsumen juga perlu ditingkatkan.