Aliansi Mahasiswa Kesehatan menolak keras klarifikasi yang disampaikan dokter IH melalui media daring. Menurut mereka, penjelasan tersebut tidak mencerminkan kejadian sebenarnya dan terkesan sebagai pembenaran atas sikap arogan serta perilaku tidak profesional dokter IH terhadap mahasiswa profesi Ners.
Insiden yang terjadi di ruang tindakan ini melibatkan kata-kata kasar dan penghinaan yang dilontarkan dokter IH, seperti menyebut mahasiswa dengan sebutan “kuda cuki, tidak ada otak” di depan publik. Ucapan tersebut dianggap sangat tidak pantas dan bertentangan dengan kode etik profesi kedokteran serta etika Aparatur Sipil Negara (ASN), karena merusak nama baik mahasiswa.
Sikap Arogan Dokter IH Merusak Etika Profesi
Majid Mustaki, Jenderal Lapangan Aliansi Mahasiswa Kesehatan, menyatakan bahwa tindakan dokter IH merupakan bukti nyata arogansi kekuasaan dan penyalahgunaan otoritas dalam lingkungan kesehatan.
“Ucapan seperti itu tidak dapat ditoleransi. Ini bukan sekadar emosi sesaat, melainkan mencerminkan mentalitas arogan yang tidak pantas dimiliki seorang dokter, apalagi sebagai ASN. Dunia kesehatan harus bebas dari arogansi,” tegas Majid.
Perilaku Serupa Pernah Terjadi Sebelumnya
Aliansi juga mengungkap bahwa sikap arogan dokter IH bukan kejadian pertama. Berdasarkan catatan internal, dokter IH pernah membuat pernyataan tertulis berjanji tidak mengulangi perlakuan serupa. Namun kenyataannya, perilaku ini kembali terjadi, memperkuat dugaan bahwa tindakan tidak profesional ini sudah menjadi kebiasaan yang dibiarkan.
“Kami memiliki bukti dokter IH pernah berjanji secara tertulis untuk tidak mengulangi perbuatannya. Namun faktanya, kejadian ini kembali terjadi. Ini menunjukkan yang bersangkutan tidak layak dibiarkan tanpa sanksi,” tambah Majid.
Tuntutan Permintaan Maaf Terbuka dan Sanksi Tegas
Aliansi Mahasiswa Kesehatan menilai tindakan dokter IH melanggar prinsip dasar etika profesi, dimana dokter harus menjunjung martabat, menghormati tenaga kesehatan lain, serta menjaga wibawa dunia medis sebagai ruang pembelajaran dan pelayanan kemanusiaan.
Dalam pernyataan resmi, aliansi menuntut dokter IH menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada seluruh mahasiswa Profesi Ners Universitas Negeri Gorontalo. Mereka menolak permintaan maaf melalui klarifikasi media yang dianggap tidak jujur dan menyesatkan publik.
“Permintaan maaf tidak cukup lewat media yang berisi pembelaan diri. Kami menuntut permintaan maaf terbuka dan tertulis resmi kepada mahasiswa kesehatan. Jika dalam 1×24 jam tidak dilakukan, kami akan menggelar aksi besar sebagai bentuk perlawanan terhadap arogansi dan pelanggaran etika di dunia kesehatan,” tegas Aliansi Mahasiswa Kesehatan.
Desakan Tindakan Tegas dari Pemerintah Daerah
Aliansi juga mendesak Bupati Kabupaten Gorontalo untuk segera mengambil tindakan tegas terhadap dokter IH, mengingat statusnya sebagai ASN dan tanggung jawab moral sebagai pelayan publik.
“Arogansi ASN di dunia kesehatan tidak boleh dibiarkan berkembang. Ini bukan sekadar masalah kata kasar, tapi menyangkut kehormatan profesi dan masa depan pendidikan kesehatan. Kami akan mengawal kasus ini sampai ke meja pengambil keputusan,” tutup Majid Mustaki.