**Ancaman Krisis Iklim: Bencana Ekonomi di Depan Mata?**
Indonesia tengah menghadapi tantangan serius dari berbagai sektor, dan krisis iklim menjadi salah satu ancaman terbesar. Bukan hanya masalah lingkungan, krisis ini kini mulai menggerus sendi perekonomian nasional. Bencana alam yang semakin sering terjadi menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar dan perlu segera diatasi.
Dampaknya terasa nyata di berbagai sektor. Sektor pertanian, tulang punggung perekonomian, sangat rentan terhadap perubahan iklim. Fluktuasi cuaca ekstrem, antara banjir dan kekeringan, mengancam hasil panen dan ketahanan pangan nasional. Data BPS menunjukkan anomali cuaca berpengaruh signifikan terhadap produksi padi dan jagung.
Sektor perikanan juga terdampak. Perubahan suhu laut mengganggu pola migrasi ikan, membuat hasil tangkapan nelayan menurun drastis. Kondisi ini berujung pada kenaikan harga ikan di pasar, yang berdampak pada masyarakat luas.
Krisis iklim juga mengancam sektor energi. Kekeringan mengurangi debit air, sehingga pembangkit listrik tenaga air (PLTA) kehilangan daya. Hal ini mendesak perlunya pengembangan energi terbarukan sebagai alternatif yang berkelanjutan.
Kerusakan ekosistem juga tak kalah penting. Kebakaran hutan mengancam habitat hewan, bahkan menyebabkan kepunahan. Hewan yang kehilangan habitat dapat turun ke pemukiman warga, menimbulkan ancaman baru. Kenaikan air laut menyebabkan abrasi pantai, mengancam destinasi wisata seperti di Bali, dan meningkatkan risiko tsunami.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat peningkatan intensitas bencana hidrometeorologi dalam lima tahun terakhir. BNPB menekankan bahwa “dalam lima tahun terakhir intensitas bencana hidrometeorologi terus meningkat”. Kondisi ini memaksa pemerintah untuk memprioritaskan anggaran penanggulangan bencana, karena ketidakpastian iklim mengancam ekonomi global jangka panjang.
Tanpa strategi yang matang, perekonomian akan semakin terganggu. Bencana alam seringkali melumpuhkan UMKM, merusak infrastruktur, dan mengganggu rantai pasok. Kerugian materiil menjadi beban berat yang harus ditanggung.
Oleh karena itu, investasi di energi hijau, teknologi pertanian cerdas, dan infrastruktur ramah lingkungan menjadi sangat penting. Kerja sama internasional juga krusial untuk mendapatkan akses teknologi, pendanaan, dan bantuan darurat saat bencana terjadi.
Upaya membangun ketahanan ekonomi nasional di tengah krisis iklim memerlukan langkah komprehensif. Indonesia harus mempersiapkan diri dengan baik, baik melalui strategi mitigasi maupun adaptasi, guna menghadapi ancaman ekonomi yang semakin nyata ini.