Teknologi Jadi Kendala, Proyek Logam Tanah Jarang PT Timah Terhambat

oleh

PT Timah Tbk (TINS) menghadapi kendala signifikan dalam pengembangan proyek logam tanah jarang (LTJ), kendati telah menerima penugasan sejak 10 tahun lalu. Direktur Utama Restu Widyantoro mengungkapkan keterbatasan teknologi sebagai hambatan utama. Hanya satu atau dua pihak di dunia yang menguasai teknologi pengolahan LTJ yang dibutuhkan TINS, dan upaya kolaborasi hingga saat ini belum membuahkan hasil.

Restu menjelaskan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI, bahwa banyak pihak menawarkan peralatan, namun teknologi inti pengolahan LTJ, termasuk untuk aplikasi nuklir, terbatas pada negara-negara seperti Tiongkok dan Kazakhstan. PT Timah akan terus berupaya melakukan riset dan menjalin kerja sama untuk mendapatkan teknologi tersebut.

Hambatan Teknologis dan Upaya PT Timah

Ketergantungan pada teknologi asing menjadi tantangan utama bagi PT Timah dalam pengembangan LTJ. Meskipun telah berkomunikasi dan berupaya berkolaborasi dengan beberapa pihak, akses terhadap teknologi pengolahan LTJ yang canggih masih terbatas. Ini menunjukan betapa pentingnya penguasaan teknologi dalam industri strategis seperti ini.

Proses pengolahan LTJ sangat kompleks dan membutuhkan teknologi maju. Hal ini menjelaskan mengapa hanya sedikit negara yang mampu mengolah LTJ hingga menjadi bahan baku untuk aplikasi teknologi tinggi, termasuk energi nuklir. Kemajuan teknologi ini seringkali dilindungi ketat oleh negara-negara pemilik teknologi.

Potensi LTJ di Bangka Belitung dan Strategi Pengembangan

Direktur Operasi TINS, Nur Adi Kuncoro, menambahkan bahwa kandungan unsur monasit (sumber LTJ) di wilayah kerja PT Timah relatif rendah, hanya di bawah 1% dari total material. Meskipun demikian, potensi sumber daya LTJ di Bangka Belitung diperkirakan mencapai 25.700 ton. Data ini masih perlu divalidasi lebih lanjut untuk memastikan cadangan yang dapat dieksploitasi.

PT Timah berencana untuk mendetailkan data potensi sumber daya LTJ tersebut guna menentukan kelayakan ekonomi pengembangannya. Mereka juga akan memfokuskan pada lima logam tanah jarang utama dengan nilai ekonomis signifikan: Serium, Lantanum, Neodymium, Iridium, dan Presidianium. Persentase kandungan logam-logam ini dalam monasit berkisar antara 3% hingga 35%.

Revitalisasi Proyek Pilot dan Kerjasama Riset

PT Timah akan merevitalisasi proyek pilot LTJ di Tanjung Ular, Bangka Belitung. Tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi pengolahan dan mendapatkan logam tanah jarang yang bernilai ekonomis. Upaya ini akan diiringi dengan kerjasama riset untuk memastikan teknologi yang digunakan handal dan efektif.

Kerjasama dengan para penyuplai teknologi seperti LCM, SRE, SREC, dan Taza Metal juga akan terus ditingkatkan. Hal ini penting untuk memastikan akses terhadap teknologi dan keahlian yang dibutuhkan dalam pengembangan LTJ. PT Timah menyadari bahwa pengembangan LTJ merupakan proses jangka panjang yang memerlukan investasi besar dan kerjasama yang kuat dengan berbagai pihak.

Keberhasilan pengembangan LTJ akan sangat bergantung pada kemampuan PT Timah dalam mengatasi hambatan teknologi, memperoleh akses ke teknologi canggih, dan meningkatkan efisiensi pengolahan. Selain itu, kerjasama dengan lembaga riset dan institusi pendidikan sangat penting dalam pengembangan sumber daya manusia yang kompeten di bidang ini.

Secara keseluruhan, tantangan yang dihadapi PT Timah dalam pengembangan LTJ merupakan tantangan yang kompleks dan membutuhkan solusi komprehensif. Namun, potensi ekonomi yang besar dari LTJ mendorong PT Timah untuk terus berupaya mengatasi hambatan dan merealisasikan pengembangan proyek ini. Penting untuk diingat bahwa penguasaan teknologi merupakan kunci keberhasilan dalam industri ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.