Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) berencana mengintegrasikan pendidikan search and rescue (SAR) dan penanggulangan bencana ke dalam kurikulum sekolah di Indonesia. Langkah ini dirasa penting mengingat belum tersedianya pendidikan SAR secara menyeluruh di seluruh sekolah, padahal ilmu penyelamatan diri sangat krusial bagi generasi muda di negara rawan bencana seperti Indonesia.
Rencana ini akan diwujudkan melalui Nota Kesepahaman (MoU) antara Basarnas, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Kerjasama ini diharapkan dapat memberikan edukasi dini tentang penanggulangan bencana dan situasi berbahaya lainnya kepada siswa.
Pentingnya Integrasi Pendidikan SAR ke dalam Kurikulum
Kepala Basarnas, Marsda Mohammad Syafii, menekankan perlunya pendidikan SAR yang komprehensif. Saat ini, pendidikan SAR masih terbatas, umumnya terintegrasi dalam kegiatan pramuka di sekolah dasar dan menengah, serta dalam kegiatan orientasi studi mahasiswa (ospek) di perguruan tinggi. Jangkauannya masih belum merata dan belum terstruktur secara formal dalam kurikulum nasional.
Beliau berharap, melalui MoU ini, pendidikan SAR dapat dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di semua jenjang pendidikan, dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Keterlibatan akademisi juga sangat penting untuk mengembangkan materi dan metodologi pengajaran yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan.
Tantangan dan Peluang
Meskipun Basarnas telah melakukan program SAR go to school, cakupannya masih terbatas. Integrasi ke dalam kurikulum formal akan memberikan dampak yang lebih besar dan berkelanjutan. Tantangannya adalah merumuskan kurikulum yang tepat, menyediakan pelatihan bagi guru, dan memastikan ketersediaan sumber daya yang memadai.
Namun, peluangnya sangat besar. Dengan pendidikan SAR yang terintegrasi, generasi muda akan lebih siap menghadapi berbagai ancaman bencana dan situasi darurat. Mereka akan memiliki keterampilan dan pengetahuan dasar untuk menyelamatkan diri dan membantu orang lain.
Dukungan dari Lembaga Terkait
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan kesiapan BMKG untuk berkolaborasi dalam membangun kurikulum ketangguhan bencana bersama. Kerjasama antar lembaga ini penting untuk memastikan kurikulum yang terintegrasi dan komprehensif, yang mencakup aspek meteorologi, mitigasi bencana, dan pertolongan.
Kerjasama ini diharapkan dapat menghasilkan kurikulum yang terstruktur, komprehensif, dan efektif. Materi pembelajaran perlu dirancang agar mudah dipahami dan diterapkan oleh siswa di berbagai tingkatan usia dan kemampuan.
Materi Kurikulum yang Diusulkan
Kurikulum pendidikan SAR idealnya mencakup berbagai aspek, antara lain:
- Pengenalan jenis-jenis bencana alam di Indonesia (gempa bumi, tsunami, banjir, gunung meletus, dll).
- Langkah-langkah mitigasi bencana (persiapan sebelum bencana, evakuasi, pertolongan pertama).
- Keterampilan dasar SAR (pencarian dan penyelamatan, pertolongan pertama pada kecelakaan).
- Pentingnya kesadaran akan lingkungan dan peran individu dalam pencegahan bencana.
- Simulasi dan latihan praktik untuk meningkatkan keterampilan dan kepercayaan diri.
Dengan adanya kurikulum yang terstruktur dan komprehensif ini, diharapkan Indonesia dapat menciptakan generasi muda yang lebih tangguh dan siap menghadapi berbagai tantangan bencana alam.
Implementasi kurikulum ini membutuhkan perencanaan dan koordinasi yang matang antar lembaga terkait. Evaluasi berkala juga perlu dilakukan untuk memastikan efektivitas program dan melakukan penyesuaian sesuai kebutuhan.