Kebijakan Tarif Trump Dipertanyakan: Respons The Fed atas Pemotongan Pajak China

oleh

Kesepakatan terbaru antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok untuk menurunkan sebagian tarif impor yang paling agresif telah disambut positif sebagai langkah meredakan ketegangan perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Meskipun demikian, dampak penuh dari kesepakatan ini masih perlu dikaji lebih dalam.

Gubernur Federal Reserve (The Fed), Adriana Kugler, menyatakan bahwa jeda 90 hari atas tarif impor merupakan langkah positif. Namun, ia mengingatkan bahwa tarif impor yang masih berlaku, meski telah diturunkan, tetap tinggi dan berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi pertumbuhan ekonomi AS.

Tingginya tarif impor, yang saat ini berada di angka sekitar 30%, dapat menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa, mengakibatkan perlambatan ekonomi. Dampaknya mungkin tidak sebesar sebelumnya, tetapi tetap menjadi perhatian serius.

Dampak Kesepakatan Terhadap Kebijakan Moneter The Fed

Kugler menjelaskan bahwa kesepakatan ini mengubah outlook kebijakan moneter The Fed. Sebelumnya, The Fed mempertimbangkan penurunan suku bunga untuk mengantisipasi perlambatan ekonomi yang dipicu oleh perang dagang. Namun, dengan adanya kesepakatan ini, kemungkinan penurunan suku bunga tersebut menjadi lebih kecil.

Presiden Federal Reserve Chicago, Austan Goolsbee, senada dengan Kugler. Ia menilai kesepakatan tersebut mengurangi tekanan terhadap perekonomian AS, tetapi dampak stagflasi (inflasi tinggi disertai pertumbuhan ekonomi rendah) masih ada. Tarif yang masih relatif tinggi tetap berpotensi mendorong stagflasi.

Perubahan Ekspektasi Pasar Keuangan

Dampak kesepakatan ini juga terlihat di pasar keuangan. Investor menunda ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed hingga September 2025, daripada perkiraan sebelumnya pada Juli 2025. Ekspektasi total pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun depan juga berkurang.

Sebelum kesepakatan ini, pasar memperkirakan penurunan suku bunga yang lebih signifikan sebagai respons terhadap potensi perlambatan ekonomi akibat perang dagang. Penundaan ini menunjukkan peningkatan kepercayaan pasar terhadap prospek ekonomi AS pasca kesepakatan.

Analisis Lebih Lanjut Mengenai Risiko dan Dampak

Meskipun kesepakatan ini dinilai positif, risiko jangka menengah tetap ada. Kugler menyoroti potensi kerugian dari perang dagang yang berkepanjangan, termasuk risiko reputasi AS di mata investor global. Pergeseran rantai pasok global juga berpotensi terjadi jika negara lain menganggap AS sebagai mitra dagang yang tidak dapat diandalkan.

Lebih lanjut, Kugler menekankan kesulitan dalam mengukur kondisi ekonomi AS saat ini karena data telah terdistorsi oleh lonjakan aktivitas perdagangan menjelang pemberlakuan tarif. Kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada kuartal pertama, sebagian besar dipicu oleh lonjakan rekor impor, menyulitkan analisis pertumbuhan ekonomi yang akurat.

Pertimbangan Inflasi dan Pertumbuhan Ekonomi

Konsultan ekonomi dari firma mantan Gubernur The Fed, Larry Meyers, menyatakan bahwa jeda tarif memberikan peluang untuk menghindari kontraksi tenaga kerja yang serius. Namun, inflasi masih diperkirakan berada di atas target 2% The Fed. Ini berarti The Fed masih perlu menyeimbangkan upaya pengendalian inflasi dengan menjaga pertumbuhan ekonomi.

Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) baru-baru ini menetapkan suku bunga acuan tetap di kisaran 4,25% hingga 4,50%. Keputusan ini mencerminkan sikap wait-and-see The Fed untuk mengamati dampak lanjutan dari tarif terhadap inflasi dan pertumbuhan sebelum mengubah arah kebijakan moneter.

Kesimpulan

Kesepakatan AS-Tiongkok untuk menurunkan sebagian tarif impor merupakan langkah positif dalam meredakan ketegangan perang dagang. Namun, risiko ekonomi masih ada, terutama terkait dengan tarif yang masih tinggi dan dampaknya terhadap inflasi dan pertumbuhan. Kejelasan arah kebijakan perdagangan dan moneter AS ke depan sangat penting untuk menjaga stabilitas ekonomi global.

Perlu pemantauan berkelanjutan terhadap dampak kesepakatan ini terhadap berbagai sektor ekonomi, baik di AS maupun Tiongkok. Analisis yang komprehensif dan perencanaan yang matang akan diperlukan untuk meminimalisir risiko dan memaksimalkan manfaat dari kesepakatan ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.