BAZNAS Terapkan Kepemimpinan Adaptif, Perkuat Tata Kelola Zakat Nasional

oleh

Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menekankan pentingnya kepemimpinan adaptif untuk meningkatkan tata kelola zakat di era modern. Hal ini krusial mengingat dinamika sosial ekonomi masyarakat yang terus berubah dan menuntut strategi pengelolaan zakat yang lebih dinamis.

Pernyataan tersebut disampaikan dalam forum “Management Upgrade” bertema “Penerapan Gaya Kepemimpinan” yang diadakan Pusdiklat BAZNAS di Jakarta dan disiarkan melalui BAZNAS TV pada 21 Agustus lalu. Acara ini menghadirkan Pimpinan BAZNAS Bidang Transformasi Digital Nasional, Nadratuzzaman Hosen, sebagai narasumber, dan diikuti oleh para amil dari berbagai divisi dan jenjang jabatan di BAZNAS.

Nadratuzzaman Hosen memaparkan enam model kepemimpinan yang relevan bagi lembaga filantropi seperti BAZNAS. Ia menekankan pentingnya pemimpin yang mampu beradaptasi dengan berbagai situasi dan tantangan. Penerapan model kepemimpinan yang tepat diharapkan mampu memperkuat peran BAZNAS dalam memajukan perekonomian umat.

“Dalam mengelola zakat, infak, dan sedekah, BAZNAS membutuhkan pemimpin yang bisa menyesuaikan diri dengan situasi. Enam model kepemimpinan ini memiliki keunggulan masing-masing, dan bila diterapkan dengan tepat, akan memperkuat peran BAZNAS sebagai penggerak kebangkitan ekonomi umat,” jelas Nadratuzzaman.

Keenam model kepemimpinan tersebut meliputi kepemimpinan transformasional, yang mendorong inovasi dan motivasi kerja; kepemimpinan delegatif, yang memberikan ruang bagi setiap individu untuk berkarya sesuai kapasitasnya; dan kepemimpinan transaksional, yang menekankan pada sistem penghargaan dan sanksi berbasis kinerja.

Kepemimpinan demokratis, yang membuka ruang diskusi dan kolaborasi dalam pengambilan keputusan; kepemimpinan otokratis, yang dibutuhkan dalam situasi darurat untuk pengambilan keputusan cepat dan tegas; serta kepemimpinan karismatik, yang mengandalkan integritas dan keteladanan pemimpin untuk membangun kepercayaan publik, juga dibahas secara mendalam.

Nadratuzzaman menjelaskan pentingnya keseimbangan dalam penerapan model-model kepemimpinan tersebut. “Kadang kita perlu inspiratif, kadang tegas, kadang juga memberi ruang partisipasi. Keseimbangan inilah yang membuat BAZNAS mampu menjalankan mandat negara dan menjaga amanah umat,” tambahnya.

Lebih lanjut, ia menyoroti pentingnya komunikasi efektif bagi seorang pemimpin BAZNAS. Pemimpin harus mampu membangun komunikasi yang baik baik dengan tim internal maupun dengan para mitra dan pemangku kepentingan eksternal. Komunikasi yang efektif menjadi kunci keberhasilan dalam menjalankan tugas dan mencapai tujuan organisasi.

Penerapan kepemimpinan yang tepat, menurut Nadratuzzaman, akan berdampak langsung pada peningkatan kinerja BAZNAS dalam penghimpunan dan penyaluran zakat. Hal ini diharapkan dapat memperkuat pemberdayaan mustahik dan berkontribusi signifikan dalam upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia. Kombinasi yang tepat dari keenam model kepemimpinan ini menjadi strategi kunci bagi BAZNAS dalam menghadapi tantangan masa kini dan masa depan.

Selain keenam model kepemimpinan tersebut, suksesnya pengelolaan zakat di BAZNAS juga bergantung pada faktor-faktor lain seperti transparansi dan akuntabilitas pengelolaan dana zakat, penguasaan teknologi informasi untuk optimalisasi penghimpunan dan penyaluran zakat, serta sinergi yang kuat dengan berbagai pihak terkait, termasuk pemerintah dan lembaga filantropi lainnya. BAZNAS juga perlu terus berinovasi untuk menjawab kebutuhan masyarakat yang terus berkembang dan memastikan zakat tepat sasaran dan memberikan dampak maksimal bagi penerima manfaat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.