Keperkasaan Dolar AS Terancam: Hegemoni Mata Uang Dunia Goyah

oleh

Selama lebih dari tujuh dekade, dolar Amerika Serikat (USD) telah mendominasi sistem keuangan global. Namun, posisi dominannya kini menghadapi tantangan serius dari fenomena de-dolarisasi.

De-dolarisasi, upaya negara-negara mengurangi ketergantungan pada USD, didorong oleh meningkatnya ketegangan geopolitik, ketidakstabilan ekonomi AS, dan inovasi teknologi finansial. Sistem Bretton Woods tahun 1944 memang menjadikan dolar sebagai mata uang acuan, namun kepercayaan terhadapnya mulai goyah pasca-pandemi dan perang dagang AS-China.

Faktor-faktor yang Mempercepat De-dolarisasi

Salah satu faktor utama adalah penggunaan dolar sebagai senjata politik. Sanksi ekonomi AS yang kerap dijatuhkan telah membatasi akses beberapa negara terhadap sistem keuangan global, termasuk jaringan SWIFT. Hal ini mendorong negara-negara seperti Rusia, Iran, dan Venezuela mencari alternatif sistem pembayaran.

Kebijakan fiskal dan moneter AS yang agresif juga turut berkontribusi. Defisit anggaran yang membengkak dan perang dagang menimbulkan ketidakpastian ekonomi global. Seorang mantan bankir Morgan Stanley bahkan memprediksi depresiasi dolar hingga 15-20% dalam 5-10 tahun mendatang jika kebijakan ini berlanjut.

Ketidakstabilan politik dalam negeri AS, khususnya pemilu yang semakin polarisasi, juga menambah ketidakpastian di pasar global dan mempercepat laju de-dolarisasi.

Peran BRICS dan Inisiatif Alternatif

Negara-negara berkembang, terutama kelompok BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), memainkan peran penting dalam mendorong de-dolarisasi. Mereka aktif mempromosikan perdagangan bilateral menggunakan mata uang lokal.

Ambisi BRICS untuk menciptakan mata uang bersama, didukung teknologi digital dan cadangan emas, menunjukkan tekad serius dalam mengurangi hegemoni dolar. Sistem pembayaran alternatif seperti BRICS Pay memungkinkan transaksi lintas batas tanpa melalui dolar.

Upaya China mempromosikan penggunaan yuan dalam perdagangan energi dan inisiatif Belt and Road juga turut memperkuat tren ini. Bahkan, kabar Arab Saudi yang mempertimbangkan penjualan minyak dalam yuan, jika terealisasi, akan menjadi langkah signifikan mengingat transaksi minyak dunia selama ini didominasi dolar.

Diversifikasi Cadangan Devisa dan Tantangan De-dolarisasi

Bank sentral di berbagai negara mulai mendiversifikasi cadangan devisa mereka, termasuk dengan meningkatkan kepemilikan emas. Pembelian emas oleh bank sentral mencapai rekor tertinggi pada tahun 2022, menunjukkan keinginan untuk mencari instrumen cadangan yang lebih netral dan tahan risiko geopolitik.

Namun, proses de-dolarisasi menghadapi tantangan. Infrastruktur keuangan global masih didominasi dolar. Kepercayaan terhadap alternatif seperti yuan atau mata uang BRICS juga masih perlu ditingkatkan, mengingat kekhawatiran terhadap transparansi, stabilitas ekonomi, dan likuiditas pasar.

Munculnya Sistem Multipolar dan Peran Indonesia

Dunia bergerak menuju sistem yang lebih multipolar. Munculnya Central Bank Digital Currencies (CBDC) menandai upaya negara-negara membangun arsitektur finansial baru yang lebih inklusif dan mandiri.

Indonesia, sebagai negara berkembang yang aktif dalam perdagangan global, merespons fenomena ini dengan inisiatif Local Currency Settlement (LCS) bersama negara mitra seperti Malaysia, Jepang, dan Tiongkok. LCS memungkinkan transaksi perdagangan dan investasi tanpa konversi ke dolar.

Masa Depan Dolar dan Tatanan Keuangan Global

Meskipun AS masih memiliki keunggulan dalam kekuatan militer, stabilitas institusional, dan daya tarik pasar keuangan, ketergantungan dunia terhadap dolar akan semakin berkurang seiring diversifikasi ekonomi dan perkembangan teknologi finansial.

Dalam beberapa dekade mendatang, dolar mungkin tidak lagi menjadi satu-satunya mata uang dominan, melainkan bagian dari sistem mata uang global yang lebih plural. Pertanyaan besarnya adalah apakah dunia siap hidup tanpa dominasi dolar, atau justru tengah mempersiapkan diri untuk tatanan keuangan baru yang lebih setara dan berimbang?

Yang pasti, kejayaan dolar yang tak tergoyahkan di masa lalu kini mulai memudar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.