Siswa Nakal Tolak Program Militer Dedi Mulyadi, Ancam Tak Naik Kelas

oleh

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan praktik yang mengkhawatirkan dalam program pendidikan siswa nakal di barak militer yang diinisiasi oleh Dedi Mulyadi. Temuan ini menimbulkan keprihatinan serius terkait metode dan dampaknya terhadap anak-anak.

Salah satu temuan utama adalah ancaman tidak naik kelas bagi siswa yang menolak mengikuti program tersebut. Ancaman ini disampaikan kepada siswa yang enggan menjalani pendidikan di lingkungan barak militer. Hal ini dinilai KPAI sebagai bentuk tekanan psikis yang tidak seharusnya diterima anak-anak.

Proses Seleksi yang Tidak Memadai

KPAI menemukan bahwa proses seleksi siswa yang dikirim ke barak militer sangat kurang memadai. Seleksi hanya bergantung pada penilaian guru Bimbingan Konseling (BK) di sekolah, tanpa melibatkan assessment psikologis yang profesional.

Ketiadaan assessment psikologis ini menjadi poin penting yang disoroti oleh KPAI. Hal ini dikarenakan setiap anak memiliki latar belakang psikologis yang berbeda dan perlu penanganan yang tepat sesuai kondisi masing-masing.

Dampak Psikologis Jangka Panjang

Pengiriman siswa ke lingkungan barak militer tanpa assessment psikologis sebelumnya berpotensi menimbulkan trauma baru bagi anak-anak, terutama bagi mereka yang memiliki kondisi psikologis tertentu.

KPAI khawatir bahwa metode ini justru akan memperparah kondisi psikologis anak, bahkan berpotensi menimbulkan masalah jangka panjang. Penanganan yang tepat seharusnya mempertimbangkan kondisi emosional dan mental anak.

Tanggapan Wakil Ketua KPAI

Wakil Ketua KPAI, Jasra Putra, menyatakan keprihatinannya atas temuan ini. Ia menekankan pentingnya assessment psikologis sebelum siswa ditempatkan di lingkungan yang keras seperti barak militer.

Jasra Putra juga menggarisbawahi bahwa praktik ancaman tidak naik kelas bertentangan dengan prinsip perlindungan anak dan melanggar hak-hak dasar mereka untuk mendapatkan pendidikan yang aman dan nyaman.

Peninjauan Lokasi

KPAI telah melakukan peninjauan langsung ke beberapa barak militer yang digunakan dalam program ini, di Purwakarta dan Cikole (Lembang). Dari hasil peninjauan tersebut, ditemukan berbagai kekurangan dalam metode pendidikan yang diterapkan.

Kunjungan tersebut bertujuan untuk mengamati kondisi siswa, proses pembelajaran, dan lingkungan tempat pendidikan berlangsung. Hasil temuan di lapangan kemudian dikaji dan dianalisa lebih lanjut.

Solusi dan Rekomendasi

KPAI merekomendasikan agar program pendidikan siswa nakal direvisi agar lebih berfokus pada pendekatan yang humanis dan memperhatikan aspek psikologis anak. Program ini perlu mengedepankan metode rehabilitasi dan pembinaan karakter yang lebih efektif.

Penting untuk melibatkan ahli psikologi dalam proses seleksi dan pendampingan siswa selama mengikuti program. Hal ini bertujuan untuk memastikan intervensi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan individual setiap anak.

Selain itu, KPAI juga mendorong perlunya transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan program, agar setiap langkah dan metode yang diterapkan dapat dipertanggungjawabkan secara etis dan profesional.

Kesimpulannya, temuan KPAI ini menjadi pengingat penting akan perlunya pendekatan yang lebih holistik dan berpusat pada anak dalam penanganan masalah kenakalan remaja. Metode yang keras dan menakutkan justru bisa berdampak buruk dan kontraproduktif dalam jangka panjang.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.