Industri AI China Melonjak, Nilai Tembus Hampir 600 Miliar Yuan

oleh

China telah mencapai kemajuan signifikan dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI), membangun sistem industri yang relatif komprehensif. Nilai sektor inti AI China mendekati 600 miliar yuan (sekitar Rp135 triliun dengan kurs Rp2.268 per yuan) pada April 2025, menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) China.

Pengumuman ini disampaikan oleh pejabat NDRC, Huang Ru, pada Forum Kerja Sama Kecerdasan Buatan China-Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) di Tianjin. Huang menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam pengembangan AI yang bertanggung jawab dan berkelanjutan.

Dominasi China dalam inovasi AI juga terlihat dari jumlah permohonan paten. Jumlah permohonan paten AI di China telah melampaui 1,5 juta, hampir 40 persen dari total permohonan paten AI global. Ini menunjukkan komitmen kuat China dalam penelitian dan pengembangan AI.

Ekosistem AI China yang Berkembang Pesat

Keberhasilan China dalam AI tidak hanya terbatas pada angka-angka statistik. Negara ini telah berhasil membina ekosistem industri AI yang dinamis dan kompetitif. Lebih dari 400 perusahaan “raksasa kecil” atau Small and Medium Enterprises (SME) berfokus pada ceruk pasar AI tertentu berkontribusi pada pertumbuhan ini. DeepSeek, sebagai salah satu contoh, merupakan inovator AI yang patut diperhitungkan.

Keberhasilan ini didukung oleh kebijakan pemerintah yang mendorong inovasi dan investasi dalam sektor AI. Pemerintah China secara aktif mendukung pengembangan talenta, riset, dan infrastruktur yang dibutuhkan untuk pertumbuhan industri AI.

Namun, perlu juga diperhatikan potensi tantangan yang dihadapi. Meskipun kemajuan pesat, China masih perlu mengatasi masalah seperti kekurangan talenta terampil, kebutuhan untuk meningkatkan etika AI, dan persaingan global yang ketat.

Kerja Sama Internasional dalam AI: Peran SCO

Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO), sebagai organisasi kerja sama regional komprehensif, memiliki potensi besar dalam mendorong kolaborasi AI antar negara anggotanya. SCO mencakup wilayah terluas dan populasi terbesar di dunia, memberikan akses ke sumber daya data yang luas dan beragam skenario penerapan AI.

Huang Ru menyatakan bahwa percepatan kerja sama dalam teknologi AI dan penerapannya akan memberikan dorongan baru bagi pembangunan ekonomi dan sosial negara-negara anggota SCO. Hal ini juga diharapkan dapat mengurangi kesenjangan digital secara global dan mendorong pembangunan yang lebih inklusif.

“Percepatan kerja sama dalam teknologi AI dan penerapannya akan memberikan dorongan baru bagi pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara anggota SCO,” kata Huang Ru. Ia juga menambahkan bahwa China siap berkolaborasi dengan negara-negara anggota SCO lainnya untuk “menjunjung tinggi Semangat Shanghai” dan mendorong pengembangan AI yang bermanfaat, aman, dan adil.

Implikasi dan Prospek Ke Depan

Pertumbuhan pesat AI di China memiliki implikasi yang luas, baik secara domestik maupun internasional. Secara domestik, hal ini dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan lapangan kerja baru. Secara internasional, kerjasama AI dengan negara-negara SCO dapat mempercepat pembangunan global dan mengurangi kesenjangan digital.

Namun, penting untuk memastikan bahwa pengembangan AI dilakukan secara bertanggung jawab dan etis. Hal ini meliputi menangani potensi bias algoritma, melindungi privasi data, dan memastikan keamanan AI. Kolaborasi internasional menjadi kunci untuk menghadapi tantangan ini dan memastikan bahwa manfaat AI dapat dinikmati secara merata.

Kesimpulannya, China telah menunjukkan komitmen yang kuat dalam pengembangan AI, menciptakan ekosistem yang dinamis dan mencapai kemajuan yang signifikan. Kerja sama internasional, khususnya melalui SCO, akan menjadi kunci untuk memanfaatkan potensi penuh AI untuk kebaikan bersama dan mengatasi tantangan yang menyertainya.