Misteri Korban Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya: Lebih dari 65 Jiwa Hilang

oleh

Tragedi tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di Selat Bali pada Kamis dini hari, 3 Juli 2024, menyisakan duka mendalam dan menimbulkan pertanyaan. Data manifest yang mencatat 53 penumpang dan 12 kru diragukan kebenarannya.

Ratusan keluarga korban yang berkumpul di ruang tunggu Pelabuhan ASDP Ketapang, Banyuwangi, melaporkan bahwa beberapa anggota keluarga mereka tidak terdaftar dalam manifest penumpang. Ketidaksesuaian ini menimbulkan kekhawatiran akan jumlah korban sebenarnya yang jauh lebih besar.

Ryan, warga Kelurahan Singonegaran, Banyuwangi, misalnya, menyatakan saudarinya, Robiatul Robaniah, tidak tercantum dalam manifest. Robiah, menurut keterangan keluarga, hendak menuju Bali dan tidak dapat dihubungi sejak kabar tenggelamnya kapal beredar.

Kasus serupa juga dialami Yatini dari Desa Yosomulyo, Banyuwangi. Suaminya, Fauzey bin Awang, warga negara Malaysia, juga tidak terdaftar dalam manifest meskipun mobil travel yang ditumpanginya tercatat dalam muatan kapal. Fauzey hendak kembali ke Malaysia melalui Bandara Ngurah Rai.

Yatini menjelaskan suaminya berangkat dari rumah pada Rabu malam pukul 21.00 WITA dan sejak itu tak bisa dihubungi. Keberadaan plat nomor travel yang tercatat dalam manifes memberi harapan sekaligus kecemasan bagi keluarga.

Kronologi dan Penyebab Kecelakaan

KMP Tunu Pratama Jaya dilaporkan terbalik dan tenggelam di Selat Bali saat berlayar dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali. Kapal mengirimkan sinyal darurat pukul 00.16 WITA, kemudian mengalami mati lampu (blackout) pukul 00.19 WITA.

Kondisi cuaca ekstrem diduga menjadi penyebab utama kecelakaan. Gelombang laut yang mencapai 2,5 meter di Selat Bali mengakibatkan kapal kehilangan stabilitas dan akhirnya karam di koordinat -08°09.371′, 114°25, 1569. Kecepatan angin dan arus laut yang kuat juga mungkin berperan.

Penanganan Pasca Kecelakaan

Operasi pencarian dan penyelamatan melibatkan tim gabungan Basarnas dan instansi terkait lainnya. Hingga saat ini upaya pencarian masih terus dilakukan, meskipun hingga hari kedua belum membuahkan hasil yang signifikan.

Pada hari pertama pencarian, sebanyak 36 korban berhasil dievakuasi, terdiri dari 6 korban meninggal dunia dan 30 korban selamat. Jumlah ini jauh lebih sedikit dari yang diharapkan, mengingat banyaknya laporan keluarga yang belum menemukan anggota keluarganya.

Tanggapan Pihak Berwenang

General Manager PT ASDP (Persero) Indonesia Ferry Cabang Ketapang Banyuwangi, Yannes Kurniawan, menyatakan bahwa data manifest hanya mencatat 53 penumpang dan 22 unit kendaraan. Ia mengakui adanya laporan mengenai penumpang yang tidak terdaftar dan berjanji akan terus berupaya menemukan seluruh penumpang.

Namun, Yannes enggan berspekulasi mengenai jumlah penumpang sebenarnya yang berada di atas kapal saat kejadian. Pernyataan ini menimbulkan pertanyaan dan kegelisahan di kalangan keluarga korban. Kejelasan informasi sangat dibutuhkan untuk meredakan kecemasan mereka.

Kejadian ini menyoroti pentingnya akurasi data manifest penumpang dan perlunya peningkatan sistem pengawasan keselamatan pelayaran. Investigasi menyeluruh diperlukan untuk mengungkap penyebab pasti kecelakaan dan mencegah kejadian serupa terulang di masa mendatang.

Selain itu, perlunya peningkatan koordinasi antar instansi terkait, seperti ASDP, Basarnas, dan pihak kepolisian dalam penanganan bencana maritim agar proses pencarian dan evakuasi dapat dilakukan secara lebih efektif dan efisien.

Transparansi informasi kepada keluarga korban juga sangat krusial dalam memberikan dukungan moral dan mengurangi dampak psikologis dari tragedi ini. Dukungan psikososial bagi keluarga korban perlu diberikan untuk membantu mereka mengatasi trauma yang dialami.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.